Tugas softskill
“Ringkasan Mata kuliah Audit “
Oleh :
Heni Astuti (23211311)
Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma
KATA
PENGANTAR
Makalah dengan judul “ Ringkasan mata kuliah audit ” ini saya susun untuk memenuhi tugas Softskill Bahasa Indonesia.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Bekasi, 5 November 2013
Penulis
Daftar
isi
Cover
Kata pengantar
Daftar isi
Pembahasan
1.Pengertian Auditing
1.1 Pengertian Auditing
1.2 jenis-jenis audit
2. Pengendalian internal
2.1 pengertian sistem pengendalian internal
2.2 komponen pengendalian internal
2.3 hubungan pengendalian internal dengan audit
operasional
3. audit opersional
3.1 pengertian audit operasional
3.2 ruang lingkup audit opersional
3.3 tujuan audit operasional
3.4 manfaat audit operasional
3.5 jenis-jenis audit operasional
3.6 teknik-teknik audit operasional
3.7 tahap-tahap audit operasional
4 Efisiensi, Efektivitas, dan Ekonomisasi
4.1 Pengertian Efisiensi
4.2 pengertian efektifitas
4.3 pengertian ekonomisasi
5. Manajemen sumber daya manusia
5.1 pengertian MSDM
5.2 fungsi MSDM
6 Peraturan Perusahaan, Deskripsi Pekerjaan, dan
Spesifikasi Jabatan
6.1 Pengertian Peraturan Perusahaan
6.2 pengertian deskripsi pekerjaan
6.3 pengertian spesifikasi jabatan
7 Audit Sumber Daya Manusia
7.1 Pengertian Audit Sumber Daya Manusia
7.2 Ruang Lingkup Audit Sumber Daya Manusia
7.3 tujuan audit sumber daya manusia
7.4 manfaat audit sumber daya manusia
7.5 tahap-tahap audit sumber daya manusia
8. pemeriksaan
Laporan keuangan
8.1. atribut
kualitas jasa auditing
8.2 Major Steps In the Systematic Process of Auditing
9. Bukti pemeriksaan
9.1 Kompetensi
bukti pemeriksaan
9.2 cukup atau
tidaknya bukti pemeriksaan
9.3
faktor-faktor ekonomi
9.4
jenis-jenis bukti pemeriksaan
PEMBAHASAN
1.Pengertian
Auditing
9.4
Pengertian
Auditing
Mulyadi dan
Puradiredja (2002:7) menyatakan bahwa “auditing adalah suatu proses sistematik
untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan –
pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk
meningkatkan tingkat kesesuaian antara pernyataan – pernyataan tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil – hasilnya kepada
pemakai yang berkepentingan.”
1.2 Jenis – jenis Audit
Terdapat tiga
jenis audit menurut Boynton, Johnson dan Kell (2003:6), yaitu :
1.Audit Laporan Keuangan
Audit Laporan
Keuangan (Financial Statement Audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan
mengevaluasi bukti dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan –
laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
2.Audit Kepatuhan
Audit
Kepatuhan (Compliance Audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh
dan memeriksa
bukti – bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu
entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan, atau peraturan tertentu.
3.Audit Operasional
Audit
Operasional (operational/management audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh
dan mengevaluasi bukti – bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan
operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu.
2.Sistem
Pengendalian Internal
2.1 Pengertian Sistem Pengendalian Internal
Warrens,
Reeve, dan Fess (2006:235) menyatakan bahwa “pengendalian internal merupakan
kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva perusahaan dari kesalahan penggunaan,
memastikan bahwa informasi usaha yang disajikan akurat dan memastikan bahwa
hukum serta peraturan telah diikuti.”
2.2 Komponen Pengendalian Internal
Menurut Ikatan
Akuntan Indonesia (2001:319.8) terdapat lima komponen pengendalian internal yang
saling berhubungan, yaitu :
1.Lingkungan Pengendalian
Lingkungan
pengendalian menetapkan suasana dari suatu organisasi yang mempengaruhi
kesadaran akan pengendalian dari orang – orangnya. Lingkungan pengendalian
merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang lain, menyediakan
disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian mencakup :
·
Integritas dan
nilai etika
·
Komitmen
terhadap kompetensi
·
Dewan direksi dan
komite audit
·
Filosofi dan
gaya operasi manajemen
·
Struktur
organisasi
·
Penetapan
wewenang dan tanggung jawab
·
Kebijakan dan
praktik
·
sumber daya
manusia
2.Penilaian Risiko
Penaksiran
risiko entitas untuk tujuan pelaporan keuangan merupakan identifikasi,
analisis, dan manajemen terhadap risiko yang relevan dengan penyusunan laporan
keuangan yang wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia. Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut ini :
·
Perubahan
dalam lingkungan operasi
·
Personel baru
·
Sistem
informasi yang baru atau yang diperbaiki
·
Teknologi baru
·
Lini produk,
produk, atau aktivitas baru
·
Restrukturisasi
korporasi
·
Operasi luar
negeri
·
Standar akuntansi baru
3.Aktivitas Pengendalian
Aktivitas
pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu untuk memastikan bahwa
arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu
memastikan bahwa tindakan yang di
perlukan untuk
menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas.
4.Informasi dan Komunikasi
Sistem
informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi sistem
akuntansi, terdiri darimetode dan catatan yang dibangun untuk mencatat,
mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun
kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi
aktiva, utang,
dan ekuitas yang bersangkutan. Komunikasi mencakup penyediaan suatu
pemahamantentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian
intern terhadap pelaporan keuangan.
5.Pemantauan
Pemantauan
adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu.Pemantauan
ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan
pengambilan
tindakan koreksi.
2.3 Hubungan Pengendalian Internal dengan Audit
Operasional
Arens dan
Loebbecke (2001:766) mengungkapkan bahwa “hubungan antara audit operasional dan
sistem pengendalian internal adalah sistem pengendalian internal dibentuk untuk
membantu mencapai sasaran perusahaan dan sasaran penting semua organisasi adalah
efisiensi dan
efektivitas.
Ada dua perbedaan penting dalam evaluasi dan pengujian pengendalian internal
untuk audit keuangan dan operasional : tujuan evaluasi dan pengujian
pengendalian internal tersebut, dan ruang lingkup normal dari evaluasi pengendalian
internal.”
3 Audit
Operasional
3.1 Pengertian Audit Operasional
Tunggal, A.W.
(2000:48) menyatakan bahwa “audit operasional sebagai suatu teknik untuk secara
teratur dan sistematis menilai atau mengukur efektivitas unit atau pekerjaan dibandingkan
dengan standar perusahaan dan dunia usaha dengan mengerahkan tenaga ahli dalam
bidang yang diteliti dengan tujuan untuk meyakinkan manajemen bahwa sasarannya
dilaksanakan dan atau menemukan keadaan yang dapat ditingkatkan atau
diperbaiki.”
3.2 Ruang
Lingkup Audit Operasional
Menurut Tunggal,
A.W. (2001:74), audit operasional dibatasi oleh beberapa hal berikut :
1.Waktu –
berkaitan dengan kekomprehensifan audit
2.Pengetahuan
– auditor hanya akan sensitif terhadap masalah – masalah yang sesuai dengan
latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki saja.
3.Biaya dan
data .
4.Standar –
bidang yang berada di luar standar atau kriteria keefektifan adalah di luar
ruang lingkup audit operasional .
5.Orang –
auditor tidak boleh menyinggung soal ketidakmampuan seseorang dalam melakukan
fungsinya, tetapi hanya boleh menunjukkan bahwa suatu pekerjaan atau tugas
dilaksanakan dengan tidak efektif .
6.Entitas audit
– pembatasan audit operasional pada suatu fungsi tertentu atau unit dalam
beberapa hal menyampaikan aspek – aspek yang mempengaruhi entitas
audit, tetapi aspek – aspek tersebut berada dalam lingkup suatu fungsi atau
unit lain.
3.3 Tujuan
Audit Operasional
Beberapa
tujuan menurut Tunggal, A.W.(2008:40) adalah sebagai berikut :
1.Objek dari
audit operasional adalah mengungkapkan kekurangan dan ketidakberesan dalam
setiap unsur yang diuji oleh auditor operasional dan untuk menunjukkan
perbaikan apa yang dimungkinkan untuk memperoleh hasil yang terbaik dari operasi
yang bersangkutan .
2.Untuk
membantu manajemen mencapaiadministrasi operasi yang paling efisien
3.Untuk
mengusulkan kepada manajemen cara – cara dan alat– alat untuk mencapai tujuan
apabila manajemen organisasi sendiri kurang pengetahuan tentang pengelolaan
yang efisien .
4.Audit
operasional bertujuan untuk mencapai efisiensi dari pengelolaan
5.Untuk
membantu manajemen, auditor operasional berhubungan dengan setiap fase dari
aktivitas usaha yang merupakan dasar pelayanan kepada manajemen .
6.Untuk
membantu manajemen pada setiap tingkat dalam pelaksanaan yang efektif dan
efisien dari tujuan dan tanggung jawab mereka.
3.4 Manfaat
Audit Operasional
Beberapa manfaat
audit operasional menurut Tunggal (2001:14) adalah sebagai berikut :
1.Memberi
informasi operasi yang relevan dan tepat waktu untuk pengambilan keputusan.
2.Membantu
manajemen dalam mengevaluasi catatan, laporan – laporan dan pengendalian.
3.Memastikan
ketaatan terhadap ketaatan manajerial yang ditetapkan, rencana – rencana,
prosedur serta persyaratan peraturan pemerintah .
4.Mengidentifikasi
area masalah potensial pada tahap dini untuk menentukan tindakan preventif yang
akan diambil .
5.Menilai
ekonomisasi dan efisiensi penggunaan sumber daya, termasuk pemborosan.
6.Menilai
efektivitas dalam mencapai tujuan dan sasaran pembahasan yang telah ditetapkan .
7.Menyediakan
tempat pelatihan untuk personel dalam seluruh fase operasional perusahaan.
3.5 Jenis –
jenis Audit Operasional
Menurut Arens
& Loebbecke (2003:766), audit operasional dapat diklasifikasikan menjadi
tiga jenis, yaitu :
1.Audit Fungsional
Audit fungsional
menyangkut penggolongan kegiatan suatu fungsi atau lebih di dalam organisasi.
Audit fungsional memungkinkan auditor melakukan spesialisasi dan dapat
mengembangkan keahliannya pada suatu bidang tertentu.
Audit
organisasional menyangkut keseluruhan unit organisasi, seperti departemen,
cabang atau anak perusahaan. Penekanan dalam audit organisasi adalah seberapa
efektif dan efisien fungsi – fungsi yang saling berinteraksi .
3.Penugasan Khusus
Penugasan audit
operasional khusus timbul atas permintaan manajemen. Jenis audit ini mencakup
penentuan penyebab tidak efektifnya sistem penyelidikan kemungkinan kecurangan dalam
suatu divisi dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya produksi suatu
barang.
3.6 Teknik –
teknik Audit Operasional
Arens, Elder,
dan Beasley (2006) menyatakan bahwa terdapat tujuh teknik dalam melakukan audit
operasional, yaitu :
1.Pengujian Fisik
Pengujian
fisik merupakan suatu proses pemeriksaan/inspeksi yang dilakukan oleh auditor
atas aset –aset yang tangible. Teknik ini digunakan untuk melakukan verifikasi
apakah aset perusahaan benar – benar ada. Namun, pengujian fisik tidak dapat
membuktikan apakah aset yang ada benar – benar milik klien.
2.Konfirmasi
Konfirmasi
merupakan suatu aktivitas meminta respon atau pendapat dari pihak ketiga, baik
secara tertulis maupun lisan, untuk melakukan verifikasi atas keakuratan
informasi yang diminta oleh auditor.
3.Dokumentasi
Dokumentasi
adalah suatu proses pemeriksaan atas dokumentasi – dokumentasi dan catatan yang
dimiliki klien, untuk meyakinkan apakah informasi yang diperoleh harus
dicantumkan dalam laporan keuangan atau tidak.
4.Prosedur Analitis
Prosedur
analitis merupakan suatu teknik untuk menilai apakah saldo akun / data lain
dalam laporan keuangan telah disajikan secara wajar.
5.Kuesioner
Kuesioner
merupakan suatu teknik untuk memperoleh informasi dari klien, baik secara lisan
maupun tulisan, atas pertanyaan – pertanyaan yang diajukan oleh auditor.
6.Reperformance
Reperformance diterapkan
dalam pelaksanaan audit dengan melakukan pengecekan ulang atas informasi dan
metode – metode yang digunakan oleh klien selama periode audit.
7.Observasi
Observasi
diterapkan dalam pelaksanaan audit dengan melakukan pemeriksaan langsung ke
perusahaan untuk memperoleh informasi umum mengenai aktivitas klien.
3.7 Tahap –
tahap Audit Operasional
Bhayangkara,
I.B.K (2008:10) menyebutkan bahwa terdapat lima tahap dalam melaksanakan audit
operasinal, yaitu :
Audit pendahuluan
dilakukan untuk mendapatkan informasi latar belakangterhadap objek yang
diaudit. Di samping itu, pada audit ini juga dilakukan terhadap berbagai peraturan,
ketentuan, dan kebijakan terkait dengan aktivitas yang diaudit, serta menganalisis
informasi yang telah diperoleh untuk mengidentifikasi hal – hal yang potensial
mengandung kelemahan pada perusahaan yang diaudit. Dalam tahap ini, auditor
dapat menentukan tujuan audit sementara. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen
Tahapan ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai efektiitas pengendalian
manajemen
dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Dari hasil pengujian ini, auditor
dapat lebih memahami pengendalian yang berlaku pada obyek audit sehingga dengan
lebih mudah dapat diketahui potensi – potensi terjadinya kelemahan pada berbagai
aktivitas yang dilakukan. Hasil pengujian pengendalian manajemen ini dapat
mendukung tujuan audit sementara menjadi audit sesungguhnya,atau mungkin ada
beberapa tujuan audit sementara yang gugur karena kurangnya bukti – bukti untuk
mendukung tujuan audit tersebut.
2.Audit Terinci
Pada tahap ini
auditor melakukan pengumpulan bukti yang cukup dan kompeten untuk mendukung
tujuan audit yang telah ditentukan. Pada tahap ini juga dilakukan pengembangan
temuanuntuk mencari keterkaitan antara satu temuan dengan temuan lain dalam
menguji permasalahan yang berkaitan dengan tujuan audit. Temuan yang cukup,
relevan dan kompeten dalam tahap ini disajikan dalam suatu kertas kerja audit
untuk mendukung kesimpulan audit yang dibuat dan rekomendasi yang diberikan.
Pelaporan – Pelaporan bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil audit termasuk
rekomendasi
yang diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Hal ini penting untuk
meyakinkan pihak manajemen tentang keabsahan hasil audit dan mendorong pihak –
pihak yang berwenang untuk melakukan perbaikan terhadap berbagai kelemahan yang
diperlukan. Laporan disajikan dalam bentuk komprehensif. Rekomendasi harus
disajikan dalam bahasa yang operasional dan mudah dimengerti serta menarik
untuk ditindaklanjuti.
3.Tindak Lanjut
Tahap ini
bertujuan untuk mendorong pihak – pihak yang berwenang untuk melaksanakan
perbaikan sesuai denganrekomendasi yang diberikan. Auditor tidak memiliki
wewenang untuk mengharuskan manajemen melaksanakan perbaikan sesuai dengan
rekomendasiyang diberikan. Oleh karena itu, rekomendasi yang disajikan dalam
laporan audit seharusnya sudah merupakan hasil diskusi dengan berbagai pihak
yang berkepentingan dengan tindakan perbaikan tersebut.
4 Efisiensi,
Efektivitas, dan Ekonomisasi
4.1 Pengertian Efisiensi
Menurut
Bhayangkara (2008:13), efisiensi merupakan ukuran proses yang menghubungkan
antara input dan output dalam operasional perusahaan.
4.2 Pengertian Efektivitas
Bhayangkara
(2008:14) menyatakan efektivitas sebagai tingkat keberhasilan perusahaan untuk
mencapai tujuan perusahaan.
4.3 Pengertian Ekonomisasi
Bhayangkara
(2008:12) menyatakan bahwa ekonomisasi merupakan ukuran input yang digunakan
dalam berbagai program yang dikelola. Ekonomisasi berhubungan dengan bagaimana
perusahaan mendapatkan sumber daya yang akan digunakan dalam setiap aktivitas.
5 Manajemen
Sumber Daya Manusia
5.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut
Yuniarsih, T & Suwatno (2008:3), manajemen sumber daya manusia
adalah
serangkaian kegiatan pengelolaan sumber daya manusia yang memusatkan kepada
praktik dan kebijakan, serta fungsi – fungsi manajemen untuk mencapai tujuan
organisasi.
5.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Mengacu kepada
pendapat Simamora (2004), fungsi – fungsi manajemen SDM dikemukakan sebagai
berikut :
Perencanaan
kepegawaian mencakup prakiraan kebutuhan pegawai di masa depan dari berbagai
kategori pekerjaan, memprediksi suplai karyawan saat ini dan masa depan dari
berbagai kategori pekerjaan, dan membandingan permintaan sumber daya manusia
dengan suplai yang ada.
2.Rekrutmen
Rekrutmen adalah serangkaian aktivitas mencari dan memikat
pelamar kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang
diperlukan untuk menutupi kekurangan yang diidentifikasi dalam perencanaan
kepegawaian.
3.Seleksi
Seleksi adalah
proses pemilihan sekelompok pelamar, orang atau orang – orang yang paling memenuhi
criteriaseleksi untuk posisi yang tersedia berdasarkan kondisi yang ada saat
ini yang dilakukan oleh perusahaan.
4.Orientasi, Pelatihan dan Pengembangan
Orientasi
adalah proses pengenalan individu terhadap organisasi, penyediaan landasan bagi
karyawan baru agar mulai berfungsi secara efektif dan menyenangkan di pekerjaan
yang baru.
Menurut Pasal
1 ayat 9 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pelatihan kerja adalah
keseluruhan kegiatan untuk memperoleh, member, meningkatkan serta mengembangkan
kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat
ketrampilan dan keahlian tertentu
penyiapan
individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau yang lebih tinggi di dalam
organisasi.
5.Penilaian Kinerja
Penilaian
kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi untukmengevaluasi
pelaksanaan kerja individu karyawan. Dalam penilaian kinerja dinilai kontribusi
karyawan kepada organisasi selama periode waktu tertentu.
6.Pemberian Kompensasi
Kompensasi
adalah semua bentuk pengembalian financial, jasa – jasa berwujud, dan tunjangan
yang diperoleh karyawan sebagai bagian dari sebuah hubungan kepegawaian.
Kompensasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a.Kompensasi financial langsung
b.Kompensasi financial tidak langsung yang disebut
juga dengan tunjangan
c.Kompensasi non financial
7.Pemeliharaan Karyawan
Pemeliharaan
karyawan harus mendapat perhatian yang sungguh – sungguh dari perusahaan.
Perusahaan harus merancang pengembangan karir bagi karyawan. Pengembangan karir
meliputi manajemen karir dan perencanaan karir.
8.Hubungan Karyawan
Hubungan
ketenagakerjaan merupakan hubungan yang berkesinambungan antara sekelompok
karyawan dengan pihak manajemen. Hubungan karyawan internal terdiri atas
aktivitas – aktivitas manajemen SDM yang berhubungan dengan
perpindahan karyawan dalam organisasi. Aktivitas – aktivitas manajemen SDM
memasukkan tindakan – tindakan promosi, transfer, demosi,pengunduran diri,
pemecatan, pemberhentian, dan pensiun.
a.Pemecatan
Mengacu pada
Pasal 1 ayat 25 UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pemutusan hubu
kerja adalah
pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan
berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.
b.Pengunduran Diri
Pengunduran
diri adalah pemisahan dirisukarela oleh seorang karyawan dari organisasi .
c.Demosi
Demosi adalah
perpindahan karyawandari suatu pekerjaan ke posisi lainnya yang lebih rendah
gaji,
tanggung
jawab, dan/atau jenjang organisasionalnya .
d.Pemberhentian Sementara
Bermakna bahwa
manajemen menyingkirkan para karyawandari posisi – posisi mereka, tetapi akan
mengankat mereka kembali manakala kondisi organisasi membaik atau pulih.
e.Transfer
Transfer
adalah perpindahan seorang karyawan dari suatu pekerjaan ke posisi lainnya yang
gaji, tanggung jawab, dan/atau jenjang organisasionalnya relatif sama.
f.Promosi
Promosi adalah
perpindahan karyawan dari suatu pekerjaan ke posisi lainnya yang lebih tinggi
gaji,
tanggung
jawab, dan/atau jenjang organisasionalnya.
g.Pensiun
Pensiun adalah
pemisahan diri oleh karyawan tua dari organisasi.
6 Peraturan
Perusahaan, Deskripsi Pekerjaan, dan
Spesifikasi Jabatan
6.1 Pengertian Peraturan Perusahaan
Pasal 1 ayat
(1) KEP. 48/MEN/IV/2004 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan
Perusahaan Serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama menyatakan
bahwa peraturan perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh
pengusaha yang memuat syarat – syarat kerja dan tata tertib perusahaan.
Peraturan Perusahaan berfungsi sebagai landasan bagi pekerja untuk melaksanakan
pekerjaannya dengan baik sesuai perjanjian atau kesepakatan dengan pengusaha.
6.2 Pengertian Deskripsi Pekerjaan
Rivai, H.J. dan
Sagala, E.J. (2010:116) menyatakan bahwa uraian tugas merupakan suatu uraian
tertulis dari apa yang diperlukan dalam suatu pekerjaan.
6.3 Pengertian Spesifikasi Jabatan
Menurut Rivai
dan Sagala (2010:117), spesifikasi jabatan adalah karakteristik atau syarat –
syarat kerja yang harus dipenuhi sehingga dapat melaksanakan suatu pekerjaan
atau jabatan.
7 Audit Sumber
Daya Manusia
7.1 Pengertian Audit Sumber Daya Manusia
Susilo, W.
(2002:63) mendefinisikan audit SDM sebagai pemeriksaan dan penilaian secara
sistematis, objektif, dan terdokumentasi terhadap fungsi – fungsi organisasi
yang
terpengaruh
oleh manajamen SDM dengan tujuan memastikan dipenuhinya azas kesesuaian,
efektivitas, dan efisiensi dalam pengelolaan sumber daya manusia untuk
mendukung tercapainya sasaran – sasaran fungsional maupun tujuan organisasi
secara keseluruhan baik untuk jangka pendek, jangka menengah maupun jangka
panjang.
7.2 Ruang Lingkup Audit Sumber Daya Manusia
Menurut
Bhayangkara (2008:67), ruang lingkup audit SDM dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok, yaitu sebagai berikut :
1)Rekrutmen
atau perolehan SDM, mulai dari awal proses perencanaan kebutuhan SDM hingga
proses seleksi dan penempatan .
2)Pengelolaan
(pemberdayaan) SDM, meliputi semua aktivitas pengelolaan SDM setelah ada di
perusahaan, mulai dari pelatihan dan pengembangan sampai dengan penilaian
kinerja karyawan .
3)Pemutusan
hubungan kerja (PHK) karena mengundurkan diri maupun pemecatan akibat
pelanggaran peraturan perusahaan.
7.3 Tujuan Audit Sumber Daya Manusia
Menurut
Bhayangkara (2008:61) terdapat 5 tujuan dalam pelaksanaan audit sumber daya
manusia, yaitu :
1)Menilai
efektivitas dari fungsi SDM
2)Menilai
apakah program/aktivitas SDM telah berjalan secara ekonomis, efektif, dan
efisien .
3)Memastikan
ketaatan berbagai program/aktivitas SDM terhadap ketentuan hukum, peraturan dan
kebijakan yang berlaku di perusahaan .
4)Mengidentifikasi
berbagai hal yang masih dapat ditingkatkan terhadap aktivitas SDM dalam menunjang
kontribusinya terhadap perusahaan .
5)Merumuskan
beberapa langkah perbaikan yang tepat untuk meningkatkan ekonomisasi,
efisiensi, dan efektivitas berbagai program/aktivitas SDM.
7.4 Manfaat Audit Sumber Daya Manusia
Bhayangkara
(2008:61) mengungkapkan beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan
audit SDM, yaitu :
1)Mengidentifikasi
kontribusi dari Departemen SDM terhadap perusahaan
2)Meningkatkan
citra profesional Departemen SDM
3)Mendorong
tanggung jawab dan profesionalisme yang lebih tinggi dari karyawan Departemen
SDM
4)Memperjelas
tugas – tugas dan tanggung jawab Departemen SDM
5)Mendorong
terjadinya keragaman kebijakan dan praktik – praktik SDM
6)Menemukan
masalah – masalah kritis dalam bidang SDM
7)Memastikan
ketaatan terhadap hukum dan peraturan dalam praktik SDM
8)Menurunkan
biaya SDM melalui prosedur SDM yang lebih efektif
9)Meningkatkan
keinginan untuk berubah dalam Departemen SDM
10)Memberikan
evaluasi yang cermat terhadap sistem informasi SDM.
7.5 Tahap – tahap Audit Sumber Daya Manusia
Dalam
melaksanakan audit SDM,Bhayangkara (2008:64) mengungkapkan beberapa tahap yang
perlu dilakukan, yaitu :
1)Audit Pendahuluan
Pada tahap
ini, auditor menekankan auditnya pada pencarian informasi latar belakang dan
gambaran umum terhadap program / aktivitas SDM yang diaudit. Informasi yang
diperoleh pada tahap ini akan mengantarkan auditor pada perumusan tujuan
sementara.
2)Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen atas
Program – program SDM
Informasi yang
diperoleh auditor padatahap ini akan membantu auditor untuk memahami lebih
dalam kondisi yang terjadi, sehingga dapat memutuskan apakah tujuan audit
sementara yang ditetapkan pada audit pendahuluan dapat ditingkatkan menjadi
tujuan audit yang sesungguhnya.
3)Audit Lanjutan
Dari temuan
audit yang diperoleh, auditor meringkas dan mengelompokkan temuan tersebut ke
dalam kelompok kondisi, kriteria, penyebab dan akibat. Berbagai kelompok temuan
tersebut kemudian dianalisis untuk memahami apakah permasalahan yang terjadi
merupakan permasalahan yang berdiri sendiri atau saling terkait.
4)Pelaporan
Laporan harus
disajikan dalam bahasayang mudah dipahami. Laporan audit harus memuat informasi
tentang latar belakang, kesimpulan audit dan disertai temuan –
temuan audit sebagai buktipendukung kesimpulan tersebut. Dalam laporan juga
harus disajikan rekomendasi yang diusulkan auditorsebagai
alternatif
perbaikan terhadap penyimpangan yang masih terjadi.
5)Tindak Lanjut
Tindak lanjut
merupakan implementasi dari rekomendasi yang diajukan auditor. Manajemen dan
auditor harus sepakat dan secara bersama – sama dalam melaksanakan tindak
lanjut perbaikan tesebut. Pada dasarnya, keputusan untuk melakukan perbaikan
sepenuhnya ada di tangan manajemen, tetapi dalam pelaksanaannya, auditor
mendampingi agar tindak lanjut tersebut berjalan sesuai rekomendasi yang
diajukan dan dapat mencapai tujuannya.
8. PEMERIKSAAN
LAPORAN KEUANGAN
8.1.ATRIBUT
KUALITAS JASA AUDITING
Ø Pengalaman tim audit dan CPA firm dengan pihak
klien
Ø Perngalaman di bidang keptic klien
Ø Responsif auditor ( CPA firm ) atas kebutuhanklien
Ø Kepatuhan ( Complience) CPA Firm dengan SPAP-Kompetensi
teknis
Ø Kepatuhan ( Complince)CPA Firm dengan standar
umum –Independensi
Ø Kepatuhan ( Complience) CPA firm dengan standar
umum-do care
Ø Komitmen CPA firm terhadap kualitas
Ø Keterlibatan ( Involvement) pimpinan pelaksana(
executive)
Ø Pelaksanaan pekerjaan lapangan
Ø Keterlibatan dengan komite audit
Ø Kode etik profesia kuntan kepti dan pengetahuan
auditing
Ø Staf CPA firm yang tetap mempertahankan sikap
keptic
8.2 Major
Steps In the Systematic Process of Auditing
Evaluate Internal Control
1.Study and Test Internal Control
2.Determine the nature ,timing and extent of substantive tests to perform
Test
Transactions And Balances
1.Examine
transactions Evaluate Internal Control
2. Evaluate
fairness of Financial statement Component
9. Bukti
pemeriksaan
9.1 KOMPETENSI
BUKTI PEMERIKSAAN
Kompetensi
bukti pemeriksaan dimaksudkan sebagai suatu tingkat dimana bukti-
Bukti yang
diperoleh dapat dipercaya. Jika bukti-bukti yang diperoleh dipertimbangkan
sangat
kompeten, maka
hal iniakan sangat membantu auditor dalam menentukan bahwa laporan keuangan
yang
diperiksanya telah disajikan secara wajar. Untuk dapat
dikatakankompeten,bukti-bukti pemeriksaan bergantungkepada beberapa faktor.
Pertimbangan-pertimbangan yang telah dilakukan secara luas dalam pemeriksaan
antara lain adalah:
a.
Relevan (
Relevance)
b.
Sumber
perolehan (Sources)
c.
Ketepatan
waktu (Timeliness)
d.
Objektifitas
(Objectivity)
a. RELEVAN
Bukti yang diperoleh
haruslah berhubungan dengan tujuan auditor. Jika tujuan auditor adalah untuk menentukan
keberadaan (existence) suatu persediaan,auditor dapat memperoleh bukti dengan mengadakan
observasi secara langsung terhadap persediaan tersebut tetapi, bukti tersebut
bisa tidak relevan dalam hal menentukan apakah persediaan tersebut milik klien
atau dalam hal penilaiannya.Jadi dalam hal ini,suatu bukti mungkin relevan dalam
suatu tujuan audit,tetapi tidak relevan dalam tujuan audit yang lain.
b. SUMBER PEROLEHAN
Beberapa
situasi atau keadaan yang berhubungan dengan sumber perolehan bukti dapat
mempengaruhi kompetensi bukti tersebut ,misalnya seorang auditor bermaksud
mendapatkan bukti mengenai jumlah hutang seorang langganan. Langganan tersebut
dapat ditanyai secara langsung mengenai saldo hutangnya,atau auditor dapat
memeriksa bukti pengiriman barang dan tembusan faktur penjualan untuk
transaksi-transaksi yang berhubungan dengan saldo hutang tersebut. Dalam hal
ini, bukti yang diperoleh dari sumber pertama dianggap lebih kompeten jika
dibandingkan dengan sumber yang diperoleh dengan cara ke dua. Secara garis
besarnya sumber-sumber informasi yang dapat mempengaruhi kompetensi bukti yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
1.Apabila
bukti yang diperoleh berasal dari sumber yang independen di luar perusahaan
bukti tersebut dapat memberikan jaminan yang keandalan yang lebih besar dibandingkan
dengan bukti
yang diperoleh
dari dalam perusahaan itu sendiri.
2. Semakin
effektif struktur pengendalian intern perusahaan, semakin besar jaminan yang
diberikan mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan.
3. Pengetahuan
auditor secara pribadi dan secara langsung yang diperoleh melalui pemeriksaan
fisik, pengamatan, perhitungan,dan inspeksi lebih bersifat meyakinkan
dibandingkan dengan infonnasi yang diperoleh secara tidak langsung.
c. KETEPATAN
WAKTU (TIMELINESS)
Ketepatan
waktu berhubungan dengan tanggal pada waktu bukti itu terjadi.Ketepatan waktu ini
penting terutama dalam melakukan penilaianterhadap aktiva lancar, hutang lancar,
dan yang berhubungan dengan saldo-saldo daftar rugi laba. Untuk
perkiraan-perkiraan ini auditor mencari bukti apakah klien telah melakukan cut
off yang tepat terhadap transakikas, penjualan dan pembelian pada tanggal
dilaporkan.Hal ini memungkinkan apabila auditor melakukan prosedur audit
menjelang atau pada tanggal tersebut. Jadi dalam hal ini bukti yang diperoleh
dari perhitungan fisik pada tanggal neraca akan menghasilkan bukti perhitungan
yang lebih baik dibandingkan perhitunga yang dilakukan sesudah waktu tersebut.
d. OBJEKTIVITAS
Bukti yang
bersifat objektif umumnya lebih dapat dipercaya. Misalnya, bukti yang diperoleh
dari pihak luar perusahaan yang independent akan lebih objektif dari pada bukti
yang semata-mata diperoleh dari klien itu sendiri.Dalam menilai objektifitas
suatu bukti,perlu juga penilaian mengenai kualifikasi personal yang menyediakan
bukti tersebut.Sesuai dengan standar pekerjaan lapangan, audit yang dilakukan
auditor independen bertujuan untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk
dipakai sebagai dasar yang memadai dalam merumuskan
pendapatnya.
Kompetensi data akuntansi yang mendasaridan informasiyang menguatkan,secara langsung
berhungan dengan efektifan internal control klien.
9.2 CUKUP ATAU TIDAKNYA BUKTI PEMERIKSAAN
Jumlah bukti
yang diperoleh menentukan cukup tidaknya (sufficiency) bukti tersebut. Jumlah ini
diukur melalui ukuran sampel yang diambil oleh auditor. Ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi pertimbangan auditor mengenai cukup tidaknya suatu
bukti yang diperlukan, antara lain:
2.
Faktor-faktor Ekonomi.
3. Ukuran Dan
Kharakteristik Populasi.
9.3 FAKTOR-FAKTOR
EKONOMI
Auditor
bekerja dalam batas-batas pertimbangan ekonomis, jangka waktu yang pantas, dan
dengan
biaya yang
wajar dalam memperoleh bukti-bukti yang diperlukan. Dalam hal ini auditor harus
memutuskan dengan menggunakan pertimbangan profesionalnya apakah bukti audit
yang tersedia
dengan batasan
waktu dan biaya cukup memadai untuk mendukung pernataan pendapatnya. Sebagai
pegangan, harus terdapat hubungan yang rasional antara biaya untuk mendapatkan
bukti dengan manfaat informasi yang diperoleh. Masalah kesulitan dan biaya
pengujian suatu perkiraan bukan merupakan dasar yang sah untuk menghilangkan
pengujian tersebut dalam proses audit.
9.4 JENlS –JENIS
BUKTI PEMERIKSAAN
Dalam
memutuskan audit prosedur yang mana yang akan digunakan, ada beberapa jenis
bukti-bukti pemerikasaan yang dapat dipilih oleh auditor, antara lain :
-Bukti
Analitis (Analyttical Evidence)
-Bukti Dokumentasi
(Docwnentary Evidence)
- Konfirmasi
(Confinnations)
- Pernyataan Tertulis
(Written Representations)
-Bukti
Matematis (Mathematical Evidence)
-Bukti Lisan (Oral
Evidence)
-Bukti Fisik
(Physical Evidence)
-Bukti Elektronik(Electronic
Evidence)
DAFTAR PUSTAKA
Sumber :