Selasa, 05 November 2013

tugas bahasa indonesia 2#



Tugas softskill
“Ringkasan Mata kuliah Audit “







Oleh :
Heni Astuti (23211311)











Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya , sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah dengan judul “ Ringkasan mata kuliah audit ” ini saya susun untuk memenuhi tugas Softskill Bahasa Indonesia.
Saya  menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
Harapan saya  semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.


Bekasi, 5 November  2013


         Penulis









Daftar isi

Cover
Kata pengantar
Daftar isi
Pembahasan
1.Pengertian Auditing
1.1 Pengertian Auditing
1.2 jenis-jenis audit
2. Pengendalian internal
2.1 pengertian sistem pengendalian internal
2.2 komponen pengendalian internal
2.3 hubungan pengendalian internal dengan audit operasional
3. audit opersional
3.1 pengertian audit operasional
3.2 ruang lingkup audit opersional
3.3 tujuan audit operasional
3.4 manfaat audit operasional
3.5 jenis-jenis audit operasional
3.6 teknik-teknik audit operasional
3.7 tahap-tahap audit operasional
4 Efisiensi, Efektivitas, dan Ekonomisasi
4.1 Pengertian Efisiensi
4.2 pengertian efektifitas
4.3 pengertian ekonomisasi
5. Manajemen sumber daya manusia
5.1 pengertian MSDM
5.2 fungsi MSDM
6 Peraturan Perusahaan, Deskripsi Pekerjaan, dan Spesifikasi Jabatan
6.1 Pengertian Peraturan Perusahaan
6.2 pengertian deskripsi pekerjaan
6.3 pengertian spesifikasi jabatan

7 Audit Sumber Daya Manusia
7.1 Pengertian Audit Sumber Daya Manusia
7.2 Ruang Lingkup Audit Sumber Daya Manusia
7.3 tujuan audit sumber daya manusia
7.4 manfaat audit sumber daya manusia
7.5 tahap-tahap audit sumber daya manusia
8. pemeriksaan Laporan keuangan
8.1. atribut kualitas jasa auditing
8.2 Major Steps In the Systematic Process of Auditing
9. Bukti pemeriksaan
9.1 Kompetensi bukti pemeriksaan
9.2 cukup atau tidaknya bukti pemeriksaan
9.3 faktor-faktor ekonomi
9.4 jenis-jenis bukti pemeriksaan










PEMBAHASAN

1.Pengertian Auditing

9.4              Pengertian Auditing
Mulyadi dan Puradiredja (2002:7) menyatakan bahwa “auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan – pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk meningkatkan tingkat kesesuaian antara pernyataan – pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil – hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.”

1.2 Jenis – jenis Audit
Terdapat tiga jenis audit menurut Boynton, Johnson dan Kell (2003:6), yaitu :

1.Audit Laporan Keuangan
Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan – laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

2.Audit Kepatuhan
Audit Kepatuhan (Compliance Audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh
dan memeriksa bukti – bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan, atau peraturan tertentu.

3.Audit Operasional
Audit Operasional (operational/management audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti – bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu.

2.Sistem Pengendalian Internal

2.1 Pengertian Sistem Pengendalian Internal
Warrens, Reeve, dan Fess (2006:235) menyatakan bahwa “pengendalian internal merupakan kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva perusahaan dari kesalahan penggunaan, memastikan bahwa informasi usaha yang disajikan akurat dan memastikan bahwa hukum serta peraturan telah diikuti.”

2.2 Komponen Pengendalian Internal
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2001:319.8) terdapat lima komponen pengendalian internal yang saling berhubungan, yaitu :

1.Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menetapkan suasana dari suatu organisasi yang mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang – orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang lain, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian mencakup :
·                     Integritas dan nilai etika
·                     Komitmen terhadap kompetensi
·                     Dewan direksi dan komite audit
·                     Filosofi dan gaya operasi manajemen
·                     Struktur organisasi
·                     Penetapan wewenang dan tanggung jawab
·                     Kebijakan dan praktik
·                     sumber daya manusia

2.Penilaian Risiko
Penaksiran risiko entitas untuk tujuan pelaporan keuangan merupakan identifikasi, analisis, dan manajemen terhadap risiko yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut ini :
·                     Perubahan dalam lingkungan operasi
·                     Personel baru
·                     Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki
·                     Teknologi baru
·                     Lini produk, produk, atau aktivitas baru
·                     Restrukturisasi korporasi
·                     Operasi luar negeri
·                     Standar akuntansi baru

3.Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu untuk memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa tindakan yang di
perlukan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas.

4.Informasi dan Komunikasi
Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi sistem akuntansi, terdiri darimetode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi
aktiva, utang, dan ekuitas yang bersangkutan. Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahamantentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan.

5.Pemantauan
Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu.Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan
pengambilan tindakan koreksi.

2.3 Hubungan Pengendalian Internal dengan Audit Operasional
Arens dan Loebbecke (2001:766) mengungkapkan bahwa “hubungan antara audit operasional dan sistem pengendalian internal adalah sistem pengendalian internal dibentuk untuk membantu mencapai sasaran perusahaan dan sasaran penting semua organisasi adalah efisiensi dan
efektivitas. Ada dua perbedaan penting dalam evaluasi dan pengujian pengendalian internal untuk audit keuangan dan operasional : tujuan evaluasi dan pengujian pengendalian internal tersebut, dan ruang lingkup normal dari evaluasi pengendalian internal.”

3 Audit Operasional

3.1 Pengertian Audit Operasional
Tunggal, A.W. (2000:48) menyatakan bahwa “audit operasional sebagai suatu teknik untuk secara teratur dan sistematis menilai atau mengukur efektivitas unit atau pekerjaan dibandingkan dengan standar perusahaan dan dunia usaha dengan mengerahkan tenaga ahli dalam bidang yang diteliti dengan tujuan untuk meyakinkan manajemen bahwa sasarannya dilaksanakan dan atau menemukan keadaan yang dapat ditingkatkan atau diperbaiki.”

3.2 Ruang Lingkup Audit Operasional
Menurut Tunggal, A.W. (2001:74), audit operasional dibatasi oleh beberapa hal berikut :
1.Waktu – berkaitan dengan kekomprehensifan audit
2.Pengetahuan – auditor hanya akan sensitif terhadap masalah – masalah yang sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki saja.

3.Biaya dan data .

4.Standar – bidang yang berada di luar standar atau kriteria keefektifan adalah di luar ruang lingkup audit operasional .

5.Orang – auditor tidak boleh menyinggung soal ketidakmampuan seseorang dalam melakukan fungsinya, tetapi hanya boleh menunjukkan bahwa suatu pekerjaan atau tugas dilaksanakan dengan tidak efektif .

6.Entitas audit – pembatasan audit operasional pada suatu fungsi tertentu atau unit dalam beberapa hal menyampaikan aspek – aspek yang mempengaruhi entitas audit, tetapi aspek – aspek tersebut berada dalam lingkup suatu fungsi atau unit lain.

3.3 Tujuan Audit Operasional
Beberapa tujuan menurut Tunggal, A.W.(2008:40) adalah sebagai berikut :

1.Objek dari audit operasional adalah mengungkapkan kekurangan dan ketidakberesan dalam setiap unsur yang diuji oleh auditor operasional dan untuk menunjukkan perbaikan apa yang dimungkinkan untuk memperoleh hasil yang terbaik dari operasi yang bersangkutan .

2.Untuk membantu manajemen mencapaiadministrasi operasi yang paling efisien

3.Untuk mengusulkan kepada manajemen cara – cara dan alat– alat untuk mencapai tujuan apabila manajemen organisasi sendiri kurang pengetahuan tentang pengelolaan yang efisien .

4.Audit operasional bertujuan untuk mencapai efisiensi dari pengelolaan

5.Untuk membantu manajemen, auditor operasional berhubungan dengan setiap fase dari aktivitas usaha yang merupakan dasar pelayanan kepada manajemen .

6.Untuk membantu manajemen pada setiap tingkat dalam pelaksanaan yang efektif dan efisien dari tujuan dan tanggung jawab mereka.

3.4 Manfaat Audit Operasional
Beberapa manfaat audit operasional menurut Tunggal (2001:14) adalah sebagai berikut :

1.Memberi informasi operasi yang relevan dan tepat waktu untuk pengambilan keputusan.

2.Membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan, laporan – laporan dan pengendalian.

3.Memastikan ketaatan terhadap ketaatan manajerial yang ditetapkan, rencana – rencana, prosedur serta persyaratan peraturan pemerintah .

4.Mengidentifikasi area masalah potensial pada tahap dini untuk menentukan tindakan preventif yang akan diambil .

5.Menilai ekonomisasi dan efisiensi penggunaan sumber daya, termasuk pemborosan.

6.Menilai efektivitas dalam mencapai tujuan dan sasaran pembahasan yang telah ditetapkan .

7.Menyediakan tempat pelatihan untuk personel dalam seluruh fase operasional perusahaan.

3.5 Jenis – jenis Audit Operasional
Menurut Arens & Loebbecke (2003:766), audit operasional dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :

1.Audit Fungsional
Audit fungsional menyangkut penggolongan kegiatan suatu fungsi atau lebih di dalam organisasi. Audit fungsional memungkinkan auditor melakukan spesialisasi dan dapat mengembangkan keahliannya pada suatu bidang tertentu.

2.Audit Organisasional
Audit organisasional menyangkut keseluruhan unit organisasi, seperti departemen, cabang atau anak perusahaan. Penekanan dalam audit organisasi adalah seberapa efektif dan efisien fungsi – fungsi yang saling berinteraksi .

3.Penugasan Khusus
Penugasan audit operasional khusus timbul atas permintaan manajemen. Jenis audit ini mencakup penentuan penyebab tidak efektifnya sistem penyelidikan kemungkinan kecurangan dalam suatu divisi dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya produksi suatu barang.

3.6 Teknik – teknik Audit Operasional
Arens, Elder, dan Beasley (2006) menyatakan bahwa terdapat tujuh teknik dalam melakukan audit operasional, yaitu :

1.Pengujian Fisik
Pengujian fisik merupakan suatu proses pemeriksaan/inspeksi yang dilakukan oleh auditor atas aset –aset yang tangible. Teknik ini digunakan untuk melakukan verifikasi apakah aset perusahaan benar – benar ada. Namun, pengujian fisik tidak dapat membuktikan apakah aset yang ada benar – benar milik klien.

2.Konfirmasi
Konfirmasi merupakan suatu aktivitas meminta respon atau pendapat dari pihak ketiga, baik secara tertulis maupun lisan, untuk melakukan verifikasi atas keakuratan informasi yang diminta oleh auditor.

3.Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu proses pemeriksaan atas dokumentasi – dokumentasi dan catatan yang dimiliki klien, untuk meyakinkan apakah informasi yang diperoleh harus dicantumkan dalam laporan keuangan atau tidak.

4.Prosedur Analitis
Prosedur analitis merupakan suatu teknik untuk menilai apakah saldo akun / data lain dalam laporan keuangan telah disajikan secara wajar.

5.Kuesioner
Kuesioner merupakan suatu teknik untuk memperoleh informasi dari klien, baik secara lisan maupun tulisan, atas pertanyaan – pertanyaan yang diajukan oleh auditor.

6.Reperformance
Reperformance diterapkan dalam pelaksanaan audit dengan melakukan pengecekan ulang atas informasi dan metode – metode yang digunakan oleh klien selama periode audit.




7.Observasi
Observasi diterapkan dalam pelaksanaan audit dengan melakukan pemeriksaan langsung ke perusahaan untuk memperoleh informasi umum mengenai aktivitas klien.

3.7 Tahap – tahap Audit Operasional
Bhayangkara, I.B.K (2008:10) menyebutkan bahwa terdapat lima tahap dalam melaksanakan audit operasinal, yaitu :

1.Audit Pendahuluan
Audit pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi latar belakangterhadap objek yang diaudit. Di samping itu, pada audit ini juga dilakukan terhadap berbagai peraturan, ketentuan, dan kebijakan terkait dengan aktivitas yang diaudit, serta menganalisis informasi yang telah diperoleh untuk mengidentifikasi hal – hal yang potensial mengandung kelemahan pada perusahaan yang diaudit. Dalam tahap ini, auditor dapat menentukan tujuan audit sementara. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen Tahapan ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai efektiitas pengendalian
manajemen dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Dari hasil pengujian ini, auditor dapat lebih memahami pengendalian yang berlaku pada obyek audit sehingga dengan lebih mudah dapat diketahui potensi – potensi terjadinya kelemahan pada berbagai aktivitas yang dilakukan. Hasil pengujian pengendalian manajemen ini dapat mendukung tujuan audit sementara menjadi audit sesungguhnya,atau mungkin ada beberapa tujuan audit sementara yang gugur karena kurangnya bukti – bukti untuk mendukung tujuan audit tersebut.
2.Audit Terinci
Pada tahap ini auditor melakukan pengumpulan bukti yang cukup dan kompeten untuk mendukung tujuan audit yang telah ditentukan. Pada tahap ini juga dilakukan pengembangan temuanuntuk mencari keterkaitan antara satu temuan dengan temuan lain dalam menguji permasalahan yang berkaitan dengan tujuan audit. Temuan yang cukup, relevan dan kompeten dalam tahap ini disajikan dalam suatu kertas kerja audit untuk mendukung kesimpulan audit yang dibuat dan rekomendasi yang diberikan. Pelaporan – Pelaporan bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil audit termasuk
rekomendasi yang diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Hal ini penting untuk meyakinkan pihak manajemen tentang keabsahan hasil audit dan mendorong pihak – pihak yang berwenang untuk melakukan perbaikan terhadap berbagai kelemahan yang diperlukan. Laporan disajikan dalam bentuk komprehensif. Rekomendasi harus disajikan dalam bahasa yang operasional dan mudah dimengerti serta menarik untuk ditindaklanjuti.
3.Tindak Lanjut
Tahap ini bertujuan untuk mendorong pihak – pihak yang berwenang untuk melaksanakan perbaikan sesuai denganrekomendasi yang diberikan. Auditor tidak memiliki wewenang untuk mengharuskan manajemen melaksanakan perbaikan sesuai dengan rekomendasiyang diberikan. Oleh karena itu, rekomendasi yang disajikan dalam laporan audit seharusnya sudah merupakan hasil diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan tindakan perbaikan tersebut.

4 Efisiensi, Efektivitas, dan Ekonomisasi

4.1 Pengertian Efisiensi
Menurut Bhayangkara (2008:13), efisiensi merupakan ukuran proses yang menghubungkan antara input dan output dalam operasional perusahaan.

4.2 Pengertian Efektivitas
Bhayangkara (2008:14) menyatakan efektivitas sebagai tingkat keberhasilan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.

4.3 Pengertian Ekonomisasi
Bhayangkara (2008:12) menyatakan bahwa ekonomisasi merupakan ukuran input yang digunakan dalam berbagai program yang dikelola. Ekonomisasi berhubungan dengan bagaimana perusahaan mendapatkan sumber daya yang akan digunakan dalam setiap aktivitas.
5 Manajemen Sumber Daya Manusia

5.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Yuniarsih, T & Suwatno (2008:3), manajemen sumber daya manusia
adalah serangkaian kegiatan pengelolaan sumber daya manusia yang memusatkan kepada praktik dan kebijakan, serta fungsi – fungsi manajemen untuk mencapai tujuan organisasi.

5.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Mengacu kepada pendapat Simamora (2004), fungsi – fungsi manajemen SDM dikemukakan sebagai berikut :

1.Perencanaan Kepegawaian
Perencanaan kepegawaian mencakup prakiraan kebutuhan pegawai di masa depan dari berbagai kategori pekerjaan, memprediksi suplai karyawan saat ini dan masa depan dari berbagai kategori pekerjaan, dan membandingan permintaan sumber daya manusia dengan suplai yang ada.

2.Rekrutmen
Rekrutmen adalah serangkaian aktivitas mencari dan memikat pelamar kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang diperlukan untuk menutupi kekurangan yang diidentifikasi dalam perencanaan kepegawaian.

3.Seleksi
Seleksi adalah proses pemilihan sekelompok pelamar, orang atau orang – orang yang paling memenuhi criteriaseleksi untuk posisi yang tersedia berdasarkan kondisi yang ada saat ini yang dilakukan oleh perusahaan.

4.Orientasi, Pelatihan dan Pengembangan
Orientasi adalah proses pengenalan individu terhadap organisasi, penyediaan landasan bagi karyawan baru agar mulai berfungsi secara efektif dan menyenangkan di pekerjaan yang baru.
Menurut Pasal 1 ayat 9 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memperoleh, member, meningkatkan serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat ketrampilan dan keahlian tertentu
sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan. Pengembangan diartikan sebagai
penyiapan individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau yang lebih tinggi di dalam organisasi.

5.Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi untukmengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan. Dalam penilaian kinerja dinilai kontribusi karyawan kepada organisasi selama periode waktu tertentu.

6.Pemberian Kompensasi
Kompensasi adalah semua bentuk pengembalian financial, jasa – jasa berwujud, dan tunjangan yang diperoleh karyawan sebagai bagian dari sebuah hubungan kepegawaian. Kompensasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

a.Kompensasi financial langsung

b.Kompensasi financial tidak langsung yang disebut juga dengan tunjangan

c.Kompensasi non financial

7.Pemeliharaan Karyawan
Pemeliharaan karyawan harus mendapat perhatian yang sungguh – sungguh dari perusahaan. Perusahaan harus merancang pengembangan karir bagi karyawan. Pengembangan karir meliputi manajemen karir dan perencanaan karir.

8.Hubungan Karyawan
Hubungan ketenagakerjaan merupakan hubungan yang berkesinambungan antara sekelompok karyawan dengan pihak manajemen. Hubungan karyawan internal terdiri atas aktivitas – aktivitas manajemen SDM yang berhubungan dengan perpindahan karyawan dalam organisasi. Aktivitas – aktivitas manajemen SDM memasukkan tindakan – tindakan promosi, transfer, demosi,pengunduran diri, pemecatan, pemberhentian, dan pensiun.

a.Pemecatan
Mengacu pada Pasal 1 ayat 25 UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pemutusan hubu
kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.

b.Pengunduran Diri
Pengunduran diri adalah pemisahan dirisukarela oleh seorang karyawan dari organisasi .

c.Demosi
Demosi adalah perpindahan karyawandari suatu pekerjaan ke posisi lainnya yang lebih rendah gaji,
tanggung jawab, dan/atau jenjang organisasionalnya .

d.Pemberhentian Sementara
Bermakna bahwa manajemen menyingkirkan para karyawandari posisi – posisi mereka, tetapi akan mengankat mereka kembali manakala kondisi organisasi membaik atau pulih.

e.Transfer
Transfer adalah perpindahan seorang karyawan dari suatu pekerjaan ke posisi lainnya yang gaji, tanggung jawab, dan/atau jenjang organisasionalnya relatif sama.

f.Promosi
Promosi adalah perpindahan karyawan dari suatu pekerjaan ke posisi lainnya yang lebih tinggi gaji,
tanggung jawab, dan/atau jenjang organisasionalnya.

g.Pensiun
Pensiun adalah pemisahan diri oleh karyawan tua dari organisasi.

6 Peraturan Perusahaan, Deskripsi Pekerjaan, dan Spesifikasi Jabatan

6.1 Pengertian Peraturan Perusahaan
Pasal 1 ayat (1) KEP. 48/MEN/IV/2004 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan Serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama menyatakan bahwa peraturan perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat – syarat kerja dan tata tertib perusahaan. Peraturan Perusahaan berfungsi sebagai landasan bagi pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya dengan baik sesuai perjanjian atau kesepakatan dengan pengusaha.

6.2 Pengertian Deskripsi Pekerjaan
Rivai, H.J. dan Sagala, E.J. (2010:116) menyatakan bahwa uraian tugas merupakan suatu uraian tertulis dari apa yang diperlukan dalam suatu pekerjaan.

6.3 Pengertian Spesifikasi Jabatan
Menurut Rivai dan Sagala (2010:117), spesifikasi jabatan adalah karakteristik atau syarat – syarat kerja yang harus dipenuhi sehingga dapat melaksanakan suatu pekerjaan atau jabatan.
7 Audit Sumber Daya Manusia
7.1 Pengertian Audit Sumber Daya Manusia
Susilo, W. (2002:63) mendefinisikan audit SDM sebagai pemeriksaan dan penilaian secara sistematis, objektif, dan terdokumentasi terhadap fungsi – fungsi organisasi yang
terpengaruh oleh manajamen SDM dengan tujuan memastikan dipenuhinya azas kesesuaian, efektivitas, dan efisiensi dalam pengelolaan sumber daya manusia untuk mendukung tercapainya sasaran – sasaran fungsional maupun tujuan organisasi secara keseluruhan baik untuk jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

7.2 Ruang Lingkup Audit Sumber Daya Manusia
Menurut Bhayangkara (2008:67), ruang lingkup audit SDM dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut :

1)Rekrutmen atau perolehan SDM, mulai dari awal proses perencanaan kebutuhan SDM hingga proses seleksi dan penempatan .

2)Pengelolaan (pemberdayaan) SDM, meliputi semua aktivitas pengelolaan SDM setelah ada di perusahaan, mulai dari pelatihan dan pengembangan sampai dengan penilaian kinerja karyawan .

3)Pemutusan hubungan kerja (PHK) karena mengundurkan diri maupun pemecatan akibat pelanggaran peraturan perusahaan.

7.3 Tujuan Audit Sumber Daya Manusia
Menurut Bhayangkara (2008:61) terdapat 5 tujuan dalam pelaksanaan audit sumber daya manusia, yaitu :

1)Menilai efektivitas dari fungsi SDM

2)Menilai apakah program/aktivitas SDM telah berjalan secara ekonomis, efektif, dan efisien .

3)Memastikan ketaatan berbagai program/aktivitas SDM terhadap ketentuan hukum, peraturan dan kebijakan yang berlaku di perusahaan .

4)Mengidentifikasi berbagai hal yang masih dapat ditingkatkan terhadap aktivitas SDM dalam menunjang kontribusinya terhadap perusahaan .

5)Merumuskan beberapa langkah perbaikan yang tepat untuk meningkatkan ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas berbagai program/aktivitas SDM.

7.4 Manfaat Audit Sumber Daya Manusia
Bhayangkara (2008:61) mengungkapkan beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan audit SDM, yaitu :

1)Mengidentifikasi kontribusi dari Departemen SDM terhadap perusahaan

2)Meningkatkan citra profesional Departemen SDM

3)Mendorong tanggung jawab dan profesionalisme yang lebih tinggi dari karyawan Departemen SDM

4)Memperjelas tugas – tugas dan tanggung jawab Departemen SDM

5)Mendorong terjadinya keragaman kebijakan dan praktik – praktik SDM

6)Menemukan masalah – masalah kritis dalam bidang SDM

7)Memastikan ketaatan terhadap hukum dan peraturan dalam praktik SDM

8)Menurunkan biaya SDM melalui prosedur SDM yang lebih efektif

9)Meningkatkan keinginan untuk berubah dalam Departemen SDM

10)Memberikan evaluasi yang cermat terhadap sistem informasi SDM.

7.5 Tahap – tahap Audit Sumber Daya Manusia
Dalam melaksanakan audit SDM,Bhayangkara (2008:64) mengungkapkan beberapa tahap yang perlu dilakukan, yaitu :

1)Audit Pendahuluan
Pada tahap ini, auditor menekankan auditnya pada pencarian informasi latar belakang dan gambaran umum terhadap program / aktivitas SDM yang diaudit. Informasi yang diperoleh pada tahap ini akan mengantarkan auditor pada perumusan tujuan sementara.

2)Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen atas Program – program SDM
Informasi yang diperoleh auditor padatahap ini akan membantu auditor untuk memahami lebih dalam kondisi yang terjadi, sehingga dapat memutuskan apakah tujuan audit sementara yang ditetapkan pada audit pendahuluan dapat ditingkatkan menjadi tujuan audit yang sesungguhnya.

3)Audit Lanjutan
Dari temuan audit yang diperoleh, auditor meringkas dan mengelompokkan temuan tersebut ke dalam kelompok kondisi, kriteria, penyebab dan akibat. Berbagai kelompok temuan tersebut kemudian dianalisis untuk memahami apakah permasalahan yang terjadi merupakan permasalahan yang berdiri sendiri atau saling terkait.

4)Pelaporan
Laporan harus disajikan dalam bahasayang mudah dipahami. Laporan audit harus memuat informasi tentang latar belakang, kesimpulan audit dan disertai temuan – temuan audit sebagai buktipendukung kesimpulan tersebut. Dalam laporan juga harus disajikan rekomendasi yang diusulkan auditorsebagai
alternatif perbaikan terhadap penyimpangan yang masih terjadi.

5)Tindak Lanjut
Tindak lanjut merupakan implementasi dari rekomendasi yang diajukan auditor. Manajemen dan auditor harus sepakat dan secara bersama – sama dalam melaksanakan tindak lanjut perbaikan tesebut. Pada dasarnya, keputusan untuk melakukan perbaikan sepenuhnya ada di tangan manajemen, tetapi dalam pelaksanaannya, auditor mendampingi agar tindak lanjut tersebut berjalan sesuai rekomendasi yang diajukan dan dapat mencapai tujuannya.

8. PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN
8.1.ATRIBUT KUALITAS JASA AUDITING
Ø  Pengalaman tim audit dan CPA firm dengan pihak klien

Ø  Perngalaman di bidang keptic klien


Ø  Responsif auditor ( CPA firm ) atas kebutuhanklien



Ø  Kepatuhan ( Complience) CPA Firm dengan SPAP-Kompetensi teknis

Ø  Kepatuhan ( Complince)CPA Firm dengan standar umum –Independensi


Ø  Kepatuhan ( Complience) CPA firm dengan standar umum-do care


Ø  Komitmen CPA firm terhadap kualitas


Ø  Keterlibatan ( Involvement) pimpinan pelaksana( executive)

Ø  Pelaksanaan pekerjaan lapangan


Ø  Keterlibatan dengan komite audit


Ø  Kode etik profesia kuntan kepti dan pengetahuan auditing


Ø  Staf CPA firm yang tetap mempertahankan sikap keptic


8.2 Major Steps In the Systematic Process of Auditing














Text Box: D
Audit
Report

 




                                                                                                                                                                                 



Evaluate Internal Control

1.Study and Test Internal Control

2.Determine the nature ,timing and extent of substantive tests to perform

Test Transactions And Balances

1.Examine transactions Evaluate Internal Control


2. Evaluate fairness of Financial statement Component

9. Bukti pemeriksaan
9.1 KOMPETENSI BUKTI PEMERIKSAAN
Kompetensi bukti pemeriksaan dimaksudkan sebagai suatu tingkat dimana bukti-
Bukti yang diperoleh dapat dipercaya. Jika bukti-bukti yang diperoleh dipertimbangkan sangat
kompeten, maka hal iniakan sangat membantu auditor dalam menentukan bahwa laporan keuangan
yang diperiksanya telah disajikan secara wajar. Untuk dapat dikatakankompeten,bukti-bukti pemeriksaan bergantungkepada beberapa faktor. Pertimbangan-pertimbangan yang telah dilakukan secara luas dalam pemeriksaan antara lain adalah:

a.       Relevan ( Relevance)

b.      Sumber perolehan (Sources)



c.       Ketepatan waktu (Timeliness)

d.      Objektifitas (Objectivity)


a.       RELEVAN
Bukti yang diperoleh haruslah berhubungan dengan tujuan auditor. Jika tujuan auditor adalah untuk menentukan keberadaan (existence) suatu persediaan,auditor dapat memperoleh bukti dengan mengadakan observasi secara langsung terhadap persediaan tersebut tetapi, bukti tersebut bisa tidak relevan dalam hal menentukan apakah persediaan tersebut milik klien atau dalam hal penilaiannya.Jadi dalam hal ini,suatu bukti mungkin relevan dalam suatu tujuan audit,tetapi tidak relevan dalam tujuan audit yang lain.
b.      SUMBER PEROLEHAN
Beberapa situasi atau keadaan yang berhubungan dengan sumber perolehan bukti dapat mempengaruhi kompetensi bukti tersebut ,misalnya seorang auditor bermaksud mendapatkan bukti mengenai jumlah hutang seorang langganan. Langganan tersebut dapat ditanyai secara langsung mengenai saldo hutangnya,atau auditor dapat memeriksa bukti pengiriman barang dan tembusan faktur penjualan untuk transaksi-transaksi yang berhubungan dengan saldo hutang tersebut. Dalam hal ini, bukti yang diperoleh dari sumber pertama dianggap lebih kompeten jika dibandingkan dengan sumber yang diperoleh dengan cara ke dua. Secara garis besarnya sumber-sumber informasi yang dapat mempengaruhi kompetensi bukti yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1.Apabila bukti yang diperoleh berasal dari sumber yang independen di luar perusahaan bukti tersebut dapat memberikan jaminan yang keandalan yang lebih besar dibandingkan dengan bukti
yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri.

2. Semakin effektif struktur pengendalian intern perusahaan, semakin besar jaminan yang diberikan mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan.

3. Pengetahuan auditor secara pribadi dan secara langsung yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik, pengamatan, perhitungan,dan inspeksi lebih bersifat meyakinkan dibandingkan dengan infonnasi yang diperoleh secara tidak langsung.

c.       KETEPATAN WAKTU (TIMELINESS)
Ketepatan waktu berhubungan dengan tanggal pada waktu bukti itu terjadi.Ketepatan waktu ini penting terutama dalam melakukan penilaianterhadap aktiva lancar, hutang lancar, dan yang berhubungan dengan saldo-saldo daftar rugi laba. Untuk perkiraan-perkiraan ini auditor mencari bukti apakah klien telah melakukan cut off yang tepat terhadap transakikas, penjualan dan pembelian pada tanggal dilaporkan.Hal ini memungkinkan apabila auditor melakukan prosedur audit menjelang atau pada tanggal tersebut. Jadi dalam hal ini bukti yang diperoleh dari perhitungan fisik pada tanggal neraca akan menghasilkan bukti perhitungan yang lebih baik dibandingkan perhitunga yang dilakukan sesudah waktu tersebut.

d.      OBJEKTIVITAS
Bukti yang bersifat objektif umumnya lebih dapat dipercaya. Misalnya, bukti yang diperoleh dari pihak luar perusahaan yang independent akan lebih objektif dari pada bukti yang semata-mata diperoleh dari klien itu sendiri.Dalam menilai objektifitas suatu bukti,perlu juga penilaian mengenai kualifikasi personal yang menyediakan bukti tersebut.Sesuai dengan standar pekerjaan lapangan, audit yang dilakukan auditor independen bertujuan untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk dipakai sebagai dasar yang memadai dalam merumuskan
pendapatnya. Kompetensi data akuntansi yang mendasaridan informasiyang menguatkan,secara langsung berhungan dengan efektifan internal control klien.

9.2 CUKUP ATAU TIDAKNYA BUKTI PEMERIKSAAN
Jumlah bukti yang diperoleh menentukan cukup tidaknya (sufficiency) bukti tersebut. Jumlah ini diukur melalui ukuran sampel yang diambil oleh auditor. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertimbangan auditor mengenai cukup tidaknya suatu bukti yang diperlukan, antara lain:

1.Tingkat Materialitas dan Resiko.

2. Faktor-faktor Ekonomi.

3. Ukuran Dan Kharakteristik Populasi.


9.3 FAKTOR-FAKTOR EKONOMI
Auditor bekerja dalam batas-batas pertimbangan ekonomis, jangka waktu yang pantas, dan dengan
biaya yang wajar dalam memperoleh bukti-bukti yang diperlukan. Dalam hal ini auditor harus memutuskan dengan menggunakan pertimbangan profesionalnya apakah bukti audit yang tersedia
dengan batasan waktu dan biaya cukup memadai untuk mendukung pernataan pendapatnya. Sebagai pegangan, harus terdapat hubungan yang rasional antara biaya untuk mendapatkan bukti dengan manfaat informasi yang diperoleh. Masalah kesulitan dan biaya pengujian suatu perkiraan bukan merupakan dasar yang sah untuk menghilangkan pengujian tersebut dalam proses audit.

9.4 JENlS –JENIS BUKTI PEMERIKSAAN
Dalam memutuskan audit prosedur yang mana yang akan digunakan, ada beberapa jenis bukti-bukti pemerikasaan yang dapat dipilih oleh auditor, antara lain :

-Bukti Analitis (Analyttical Evidence)

-Bukti Dokumentasi (Docwnentary Evidence)

- Konfirmasi (Confinnations)

- Pernyataan Tertulis (Written Representations)

-Bukti Matematis (Mathematical Evidence)

-Bukti Lisan (Oral Evidence)

-Bukti Fisik (Physical Evidence)

-Bukti Elektronik(Electronic Evidence)


























DAFTAR PUSTAKA


Sumber :